Jumat, 12 Juni 2009

PERILAKU SOSIAL DAN KONTROL SOSIAL

PERILAKU SOSIAL DAN KONTROL SOSIAL

Perilaku Menyimpang
Penyimpangan dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan dengan norma-norma di masyarakat, artinya penyimpangan tersebut terjadi jika seseorang tidak mematuhi patokan norma yang sudah ada. Disfungsi dari perilaku menyimpang dapat menyebabkan terancamnya kehidupan sosial, karena tatanan sistem yang sudah ada dapat tidak berjalan sebagaimana mestinya karena ada individu yang tidak dapat menjalankan tugasnya dalam sistem masyarakat . Selain itu perilaku menyimpang mempunyai fungsi antara lain menghasilkan perilaku yang konform pada sebagian besar masyarakat agar tetap berjalan di jalur yang sudah ditentukan, memperkuat ikatan kelompok dan perilaku menyimpang dapat menyebabkan perubahan sosial agar sistem berjalan secara benar.
Secara teoritis perilaku menyimpang dapat dijelaskan melalui penjelasan biologis, psikologis dan sosiologis. Secara sosiologis perilaku menyimpang dianalisis dari perspektif struktural, transmisi budaya, konflik dan perspektif labelling di mana setiap perspektif mempunyai fokus permasalahannya masing-masing dalam melihat perilaku menyimpang .
Sering kali suatu perilaku dianggap menyimpang di suatu masyarakat tetapi tidak menyimpang di masyarakat lainnya. Hal tersebut berkaitan dengan relativitas perilaku menyimpang di mana pandangan relativisme melihat bahwa penyimpangan dapat di interpretasi hanya dalam konteks sosio kultural di mana penyimpangan tersebut terjadi. Relativisme tersebut berkaitan dengan waktu, tempat, situasi dan status sosial.
Perilaku Kolektif
Ahli sosiologi menggunakan istilah perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang yang muncul secara spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap kejadian tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa , sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita dapat membedakan antara perilaku kolektif dengan perilaku yang rutin.
Secara teoritis perilaku kolektif dapat dijelaskan dari berbagai sudut teori antara lain teori penyebaran, teori interaksionis, teori emergent-norm dan teori value-added. Kondisi pokok yang memicu munculnya perilaku kolektif menurut teori value-added adalah: kesesuaian struktural, ketegangan struktural, berkembangnya kepercayaan umum, faktor yang mendahului, mobilisasi dan kontrol sosial.
Perilaku kolektif antara lain dapat berbentuk perilaku kolektif yang tersebar, kerumunan dan gerakan sosial. Perilaku kolektif yang tersebar meliputi fashion, rumors, dan publik. Sedangkan jenis kerumunan meliputi casual, conventional, expresive, dan acting. Gerakan sosial mempunyai bentuk antara lain gerakan revolusioner, reformis, konservatif dan gerakan reaksioner, sedangkan revolusi sosial salah satu contoh dari gerakan sosial.

Kontrol Sosial
Kontrol sosial mengacu pada suatu proses baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, di mana dalam proses kontrol sosial tersebut masyarakat dibuat agar mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat . Masyarakat berharap bahwa individu di dalam dirinya sendiri sudah muncul kesadaran untuk mematuhi norma dan mempunyai perilaku yang konform dengan aturan di masyarakat, artinya bahwa perilaku konformi tas itu bersifat inheren di dalam diri individu. Meskipun demikian ada sebagian besar manusia yang harus dilatih untuk menjalankan konformitas di mana proses sosialisasi terlibat di dalamnya. Melalui proses sosialisasi seseorang akan mempelajari perilaku apa yang dapat diterima berkaitan dengan berbagai situasi yang akan dia hadapi, selain itu ia akan belajar perilaku mana yang pantas dan tidak pantas untuk ia laksanakan.
Bentuk kontrol sosial berkaitan dengan pemberian sanksi baik yang berupa hukuman maupun imbalan pada perilaku yang disetujui maupun tidak disetujui oleh masyarakat. Di dalam masyarakat ada berbagai bentuk kontrol sosial seperti bahasa, gosip, ostratisme, intimidasi serta kekerasan fisik yang umumnya dilakukan oleh individu terhadap individu lain. Apapun bentuk kontrol sosial yang dilaksanakan semua itu bertujuan untuk mengembalikan individu yang melakukan perilaku menyimpang maupun untuk mencegah orang untuk menyimpang dan konform terhadap nilai dan aturan yang berlaku di masyarakat .

Pengantar Sosiologi karya Wawan Hermawan

6 komentar:

ade's mengatakan...

antok ade k

dalam perilaku kolektif tentang suatu usaha bersama terjadi ketidak sewenangan antara beberapa orang yang menganggap dirinya sebagai peran utama terqadap yang lain. bagaimana cara menyikapi pembagian peran tersebu agar semua di anggap sejajar dalam kepemilikan tersebut.

assalamualaikum mengatakan...

sofyan.................

dalam setiap perilaku dimasyarakat pasti ada kesalahan, dan pasti akan ada konflik yang timbul.disini saya akan bertanya
1. bagaimana cara memahami keadaan yang sesunggunya agar tak terjadi konflik yang berkepanjangan?
2.bagaimana langkah awal kita memasuki dunia masyarakat yang sudah penuh dengan konflik?

el_zie2 mengatakan...

ruzita,

sedikit menameah dari pertanyaan saudara antok dan saudara sofyan,keduanya apabila di lihat,pertanyaannya saling berkaitan,berawal dari pertanyaan saudara antok yang terjadi ketidak sewenangan antara beberapa orang,yang artinya saling ingin menjadi nomor satu,apabila tidak ada yang mengalah nantinya akan timbul sebuah konflik seperti apa yang di tanyakan saudara sofyan.kalau kita berbicara nasalah dalam masyarakat memang tidak akan ada habisnya,apabila tidak ingin adanya kesalahan ataupun konflik,kita harus paham dan mengenali masyarakat tersebut dengan kita menjadi fasilitator mungkin...tapi...untuk menjadi seorang fsilitator memang tidak semudah yang kita bayangkan,bamyak rintangan,menjadi seorang fasilitator tidak boleh bercinta,,harus rela meninggalkan sang kekasih atau keluarga yang di cintai,ya itu artinya kita harus pintar nenbagi waktu dan mencari cara bagaimana kita bisa tetap berkomunikasi dengan keluarga dam harus siap lahir batin apabila dikirim ke negeri orang...^-^

Mohammad Anshori mengatakan...

- Yang harus kita ketahui secara mendalam terlebih dulu adalah mencari akar permasalahan yang menimbulkan konflik. Ketika akar permasalahan sudah dapat dipetakan, langkah selanjutnya adalah mengakaji pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Langkah selanjutnya adalah memfasilitasi terjadinya dialog yang kondusif antara pihak-pihak yang konflik tersebut dengan tujuan pokok mencari titik temu dan solusi terbaik.
- Patut dicatat bahwa tidak semua konflik mempunyai konotasi yang negatif. Bahkan dalam kondisi tertentu "konflik" layak untuk dimunculkan dalam rangka mendinamisasikan kondisi. Konflik yang dimanage dengan baik akan melahirkan suasana yang kondusif bagi yang terlibat didalamnya, untuk menjadi semakin kritis, luas, mendalam , dan bijaksana dalam menyikapi berbagai hal.

el_zie2 mengatakan...

ruzita,

trus pak,perilaku yang menyimpang kan juga perilaku yang tidak bisa terkontrol...
apakah itu juga bisa di masukkan dalam teori ini.mencari titik temu permasalahan apa mudah?apabila salah satu pihak tidak ada yang mengalah dan tidak ada yang melerai suatu konflik.

Mohammad Anshori mengatakan...

Disinilah kepiawaian seorang fasilitator/ agen pengembangan masyarakat diuji. Bagaimana dia dapat memerankan fungsi-fungsi fasilitatif sebagai "mediator" dan pembangun konsensus yang handal.